Detail Article
Cetuximab atau Cisplatin plus Radioterapi Pasien Kanker Kepala Leher Sel Skuamosa Lokoregional Lanjut
dr. Hastarita Lawrenti
Nov 19
Share this article
7c312cf71d1e583f175ca7db2658759a.jpg
Updated 20/Nov/2020 .

Terapi untuk pasien kanker kepala dan leher sel skuamosa lokoregional lanjut (stadium III-IV) masih menjadi tantangan. Pembedahan kombinasi dengan radioterapi merupakan terapi untuk kanker oral lokoregional lanjut dan pilihan terapi untuk kanker orofaring, hipofaring, dan laring. Karena penyakitnya tidak dapat dibedah dan ingin mempertahankan organ dan fungsinya, radioterapi definitif sering menjadi pilihan terapi. 

Pemberian cisplatin pada radioterapi memperbaiki outcome berupa penambahan overall survival (OS) 6,5% pada 5 tahun. Selain cisplatin, penambahan cetuximab menghasilkan manfaat penambahan OS 9,2% pada 5 tahun dibandingkan radioterapi saja. Untuk mengetahui perbandingan keduanya, uji klinik fase III ARTSCAN, label terbuka, secara acak, dengan kontrol dilakukan pada pasien kanker kepala dan leher sel skuamosa lokoregional lanjut, tanpa metastasis jauh. Uji yang dilakukan oleh Gebre-Medhin dan kolega ini telah dipublikasikan dalam Journal of Clinical Oncology tahun 2020 ini.


Dalam studi ini pasien mendapat cetuximab 400 mg/m2 1 minggu sebelum radioterapi dimulai diikuti 250 mg/m2 setiap minggu selama 7 minggu atau cisplatin 40 mg/m2 setiap minggu (dosis maksimal 70 mg) selama radioterapi 7 minggu. Pasien dengan tumor T3-T4 mendapat radioterapi 68 Gy pada tumor primer atau dinaikkan menjadi 73,1 Gy. Uji klinik ini ditutup setelah analisis interim pada 298 pasien. 


Hasil dari uji klinik ini yaitu: Untuk 3-year OS (%), cetuximab dan cisplatin masing-masing 78 vs 88 (HR/95% CI/nilai p; 1,63; 0,93-2,86; p= 0,086), 3-year locoregional failure (%) masing-masing: 23 vs 9 (p= 0,0036), Kegagalan pada organ jauh pada 3 tahun (%) masing –masing 9 vs 6 (1,45; 0,63-3,32; p= 0,39), dan 3-year event free survival (%) masing-masing 67 vs 85 (1,99; 1,23-3,22; p= 0,0053).


Peningkatan dosis pada tumor T3-T4 tidak meningkatkan kontrol lokal (HR 0,77; 95% CI 0,35-1,67; p= 0,50). Dalam hal toksisitas akut, kejadian mual (p= 0,001), muntah (p= 0,015), cedera ginjal akut (p < 0,001), neutropenia (p < 0,001), tinitus (p= 0,002), dan disfagia (p= 0,033) lebih sering dijumpai pada pasien yang mendapat cisplatin sedangkan mukositis (p= 0,035), reaksi kulit (p= 0,001), dan ruam akneiform (p < 0,001) lebih sering dijumpai pada pasien yang mendapat cetuximab. 


Kesimpulan dari uji klinik ini adalah cetuximab inferior dibandingkan cisplatin dalam hal kontrol lokoregional sebagai terapi konkomitan dengan radioterapi pada pasien kanker kepala dan leher sel skuamosa lokoregional lanjut. Studi tambahan diperlukan untuk identifikasi subgrup mana yang mungkin mendapat manfaat dari terapi cetuximab konkomitan. 


Ilustrasi: Cisplatin, bekerja berikatan dengan DNA sehingga menyebabkan hambatan replikasi dan transkripsi.

Image: Ilustrasi (sumber: https://www.foxnews.com/)

Referensi:

1. Gebre-Medhin M, Brun E, Engstrom P, Cange HH, Hammarstedt-Nordenvall L, Reizenstein J, et al. ARTSCAN III: A randomized phase III study comparing chemoradiotherapy with cisplatin versus cetuximab in patients with locoregionally advanced head and neck squamous cell cancer. J Clin Oncol. 2020 doi: 10.1200/JCO.20.02072

2. Hu MH, Wang LW, Lu HJ, Chu PY, Tai SK, Lee TL, et al. Cisplatin-based chemotherapy versus cetuximab in concurrent chemoradiotherapy for locally advanced head and neck cancer treatment. BioMed Research International 2014 doi: 10.1155/2014/904341.

Share this article
Related Articles