Detail Article
Kadar Vitamin D3 Serum Berkorelasi Negatif Terhadap Resistensi Insulin
dr. Hasna Mardhiah
Apr 01
Share this article
912afe9568348468d8b2ad6e6293d6d1.jpg
Updated 07/Jul/2022 .

Data dari laporan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada sampel populasi masyarakat di Amerika Serikat tahun 2009 – 2018 menunjukkan bahwa peningkatan 1 unit kadar vitamin D3 (25-hydroxyvitamin D3) dalam serum (satuan nmol/L) berhubungan signifikan dengan menurunnya risiko resistensi insulin sebanyak 11%. Hubungan antara kadar vitamin D3 serum yang lebih tinggi dan berkurangnya risiko resistensi insulin ditemukan paling kuat pada masyarakat dengan indeks massa tubuh (IMT) 24 – 28 kg/m2 (kategori overweight), namun korelasinya lemah di luar kelompok IMT tersebut.


Penelitian menggunakan desain potong-lintang (cross-sectional) dilakukan dengan mengkaji hasil survei dari NHANES dan mengambil data dari 2746 peserta yang memenuhi kriteria penelitian; yaitu berusia di atas 18 tahun, memiliki data kadar vitamin D3, insulin puasa, glukosa puasa, tidak menderita diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, atau hiperuricemia. Peserti dibagi ke dalam kedua kelompok berdasarkan apakah mereka memiliki resistensi insulin atau tidak sesuai dengan kriteria resistensi insulin Amerika. Kriteria HOMA-IR digunakan untuk menentukan definisi resistensi insulin (insulin puasa (μU/mL) x glukosa puasa (mmoL/L)/22,5). Nilai HOMA-IR ≥ 2,6 berarti IR positif dan HOMA-IR < 2,6 berarti IR negatif. Hubungan antara vitamin D3 dan resistensi insulin dianalisis menggunakan regresi logistik multivariat.


Hasil utama dari studi tersebut adalah: 862 peserta memiliki resistensi insulin dan 1884 tidak memiliki resistensi insulin. Rata-rata usia peserta adalah 35 tahun, dan 44% adalah laki-laki. Kadar vitamin D3 median adalah 50,9 nmol/L pada kelompok dengan resistensi insulin dan 58,5 nmol/L pada kelompok tanpa resistensi insulin. Pada model multivariabel yang sudah di-adjust, pasien mengalami penurunan prevalensi resistensi insulin sebanyak 11% untuk setiap peningkatan 1 unit kadar vitamin D3 serum. 


Namun, studi ini memiliki beberapa limitasi, yaitu: Kelompok yang dievaluasi tidak mencakup peserta bukan perokok yang cukup untuk bisa disimpulkan apakah merokok mempengaruhi hubungan antara kadar vitamin D3 dengan resistensi insulin. Studi tersebut mengeksklusi peserta dengan hiperlipidemia, hiperglikemia, dan hiperuricemia, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi terhadap seluruh populasi. Tidak dilakukan analisis terhadap faktor genetik sehingga tidak bisa disimpulkan bagaimana pengaruh faktor genetik terhadap hubungan antara kadar vitamin D3 dan risiko resistensi insulin. HOMA-IR tidak mudah untuk direplikasi dan kurang akurat dalam mengukur resistensi insulin.


Studi ini menunjukkan bahwa kadar vitamin D3 dalam serum berkorelasi negatif terhadap kejadian resistensi insulin, sehingga suplementasi vitamin D3 berpotensi mengurangi resistensi insulin dan kejadian diabetes pada populasi di Amerika Serikat. Namun, perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi hubungan antara vitamin D3 dan resistensi insulin di negara lain.



Gambar: Ilustrasi (sumber: www.freepik.com -8photo)

Referensi: 

1. Busko, M., 2022. Higher Vitamin D3 Levels Link to Less Insulin Resistance. [online] Medscape. Available at: <https://www.medscape.com/viewarticle/970875> [Accessed 30 March 2022]. 

2. Gong, R., Wang, M., Yang, L. and Wei, X., 2022. The association between the level of vitamin D3 and insulin resistance in the general adult population of the United States: A cross-sectional study based on the NHANES database.


Share this article
Related Articles