Detail Article
Penggunaan Recombinant Human Erythropoietin Mengurangi Kebutuhan Transfusi Darah pada Bayi dengan Anemia Prematuritas
dr. Martinova Sari Panggabean
Jul 08
Share this article
1ded55241392d3e75aaa2fbf8e0ce7b5.jpg
Updated 14/Jul/2021 .

Anemia prematuritas merupakan salah satu komplikasi yang sering dialami oleh bayi prematur (usia kehamilan <37 minggu), ditandai dengan penurunan nilai hematokrit, retikulosit, dan kadar erythropoietin endogen yang rendah. Penyebab anemia prematuritas pada bayi prematur di antaranya masa hidup eritrosit yang lebih pendek (35-50 hari), usia kehamilan yang lebih pendek, sistem hematopoietik yang belum matang, ekspansi cairan ekstraseluler akibat pertumbuhan yang cepat, sehingga menyebabkan hemodilusi, ketidakseimbangan nutrisi, dan kehilangan darah akibat pengambilan sampel darah.

Transfusi sel darah merah (packed red cell/PRC) merupakan tatalaksana anemia prematuritas yang paling sering dilakukan. Suatu penelitian menunjukkan bahwa hampir 50% bayi prematur akan menerima transfusi darah dalam 2 minggu pertama usia kelahiran mereka dan sekitar 80% akan mendapatkan tranfusi darah minimal satu kali selama perawatan. Namun, pemberian transfusi darah berulang meningkatkan risiko komplikasi penularan penyakit. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kebutuhan transfusi sel darah merah yang berulang pada bayi prematur. Salah satunya dengan pemberian erythropoietin eksogen (recombinant human erythropoietin/r-HU EPO). Namun, hingga saat ini, efikasi erythropoietin eksogen dalam pencegahan atau pengobatan anemia prematuritas masih menjadi perdebatan.


Studi prospektif dilakukan oleh El-Lahony, dkk. untuk mengevaluasi peranan r-Hu EPO dalam mengoreksi anemia serta mengurangi jumlah transfusi darah pada bayi baru lahir yang mengalami anemia prematuritas. Studi melibatkan 60 neonatus dengan anemia prematuritas yang memenuhi semua kriteria klinis anemia prematuritas berikut ini; berat badan lahir ≤ 1500 g, usia gestasional 30-34 minggu dengan asupan kalori total >50 kkal/kg/hari dengan asupan enteral lebih dari 50%, hematokrit <40% atau 40%-50% tetapi turun 2% per hari, usia >6 hari, dan kehilangan darah akibat tindakan flebotomi >5 mL/kg/minggu.


Pasien kemudian dibagi ke dalam dua kelompok:

§ kelompok 1 (n=30)    : mendapatkan r-Hu EPO (250 IU/kg/dosis, secara subkutan 3 kali seminggu selama 4 minggu).

§ kelompok 2 (n=30)    : mendapatkan transfusi darah.

Kedua kelompok mendapatkan; besi elemental 6 mg/kg/hari dalam dua dosis terbagi, 1 mL/kg/hari sediaan multivitamin yang mengandung 5 IU/mL vitamin E, asam folat 1 mg/hari, dan asupan kalori yang cukup. Kadar EPO serum diukur dengan teknik ELISA dan dilakukan follow up pemeriksaan darah lengkap dan kebutuhan transfusi darah selama terapi.


Pada akhir minggu ke-4 terapi, diperoleh hasil:

§ Kadar Hb dan hematokrit bayi dengan anemia prematuritas pada kelompok 1 yang diterapi dengan r-Hu EPO secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok 2 yang hanya mendapatkan transfusi darah (12,56 ± 2,23 g/dL vs 9,43 ± 1,16 g/dL, p<0,001; 37,60 ± 7,17 % vs 27,67 ± 2,96 %, p<0,001).

§ Jumlah retikulosit dan kadar serum erythropoietin secara signifikan lebih tinggi pada neonatus kelompok 1 dibandingkan dengan neonatus kelompok 2 (5,15 ± 1,42 % vs 1,67± 0,71 %, p<0,001; 15,37 ± 3,73 vs 7,80 ± 1,86, p<0,001 mlU/mL).

§ Jumlah transfusi darah yang diperlukan secara signifikan lebih rendah pada neonatus kelompok 1 yang mendapatkan r-Hu EPO dibandingkan neonatus kelompok 2 yang hanya mendapatkan transfusi darah (p<0,001).

 

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan terapi recombinant human erythropoietin/r-HU EPO dengan dosis 250 IU/kg tiga kali seminggu, bersamaan dengan pemberian zat besi, vitamin E, dan asam folat, mampu merangsang eritropoiesis dan secara signifikan mengurangi kebutuhan transfusi darah pada bayi dengan anemia prematuritas.


Gambar: Ilustrasi (www.pexels.com)

Referensi:

1.  El-Lahony DM, Saleh NY, Habib MS, Shehata MA, El-Hawy MA. The role of recombinant human erythropoietin in neonatal anemia. Hematol Oncol Stem Cell Ther. 2020;13(3):147-51.

2.  Murti MS, Rundjan L, Pulungan AB. Karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia dan tranfusi PRC sebelum usia kronologis 4 minggu. Sari Pediatri 2015;17(2):81-8.

3.  Alan S, Arsan S. Prevention of the anaemia of prematurity. Int J Pediatr Adolesc Med. 2015;2(3-4):99-106.

Share this article
Related Articles