Detail Article
Ketidakseimbangan Elektrolit pada Pasien COVID-19
dr. Laurencia Ardi
Okt 02
Share this article
f0e79c5f9277a751126a630b0e91cb60.jpg
Updated 02/Okt/2020 .

SARS-CoV-2 menginvasi sel manusia dengan mengikat angiotensin I converting enzyme 2 (ACE2) pada membran sel. ACE2 secara luas tersebar di berbagai tipe jaringan, khususnya pada organ vital seperti jantung, hati, ginjal, dan paru. ACE2 diketahui sebagai mekanisme utama pengaturan terhadap aksis renin-angiotensin system (RAS) yang mempunyai peranan penting dalam mengendalikan tekanan darah dan keseimbangan elektrolit. 

Efek yang dapat ditimbulkan jika terjadi gangguan pada sistem tersebut adalah peningkatan reabsorpsi natrium dan cairan, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan ekskresi kalium. Kondisi ini juga dapat diperberat jika ada gangguan saluran cerna seperti diare, mual, dan muntah.


Meskipun gangguan keseimbangan elektrolit jarang ditemukan pada pasien terinfeksi COVID-19, akan tetapi dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan keseimbangan elektrolit berdampak terhadap prognosis pasien.


Berikut penelitian yang menilai dampak ketidakseimbangan elektrolit pada pasien COVID-19.

1.      Suatu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis data pasien COVID-19 yang mengalami ketidakseimbangan elektrolit baik dengan maupun tanpa gejala yang berat. Metodenya adalah dengan mengumpulkan data dari database Medline, Scopus dan Web of Science. Total terdapat 5 penelitian yang memenuhi kriteria dengan jumlah subjek 1415 pasien COVID-19 dengan atau tanpa gejala yang berat. Hasilnya menunjukkan pada kadar natrium lebih rendah secara bermakna pada pasien COVID-19 dengan gejala berat (WMD: –0,91 mmol/L [95% CI: –1,33 sampai –0,50 mmol/L]). Begitu juga dengan kadar kalium yang juga lebih rendah secara bermakna pada pasien COVID-19 dengan gejala yang berat (WMD: –0,12 mmol/L [95% CI: –0,18 sampai –0,07 mmol/L], I2=33%). Kadar klorida secara statistik tidak berbeda antara pasien COVID-19 yang mempunyai gejala berat dan tidak. Kadar kalsium secara bermakna juga lebih rendah pada pasien COVID-19 dengan gejala yang berat (WMD: –0,20 mmol/L [95% CI: –0,25 sampai –0,20 mmol/L]). Kesimpulannya adalah pasien COVID-19 dengan gejala berat mengalami ketidakseimbangan elektrolit yaitu yang ditandai dengan rendahnya kadar natrium, kalium dan kalsium secara bermakna.

2.      Penelitian yang bertujuan menilai validitas hipotesis yang menyebutkan bahwa ketidakseimbangan elektrolit pada pasien COVID-19 dapat berdampak buruk pada prognosis. Desain dan metodenya adalah retrospektif, observasional, dengan jumlah subjek sebanyak 408 pasien COVID-19 yang berusia lebih dari 18 tahun. Kadar natirum, kalium, kalsium, dan klorida baseline diperiksa terlebih dahulu dan kemudian yang nilainya abnormal dinilai efeknya terhadap perawatan di ICU, kebutuhan penggunaan ventilator dan lama perawatan di RS. Pasien dikelompokkan berdasarkan kadar elektrolitnya dan kemudian dibandingkan outcome-nya. Hasil menunjukkan bahwa hiponatemia paling banyak ditemukan. Pasien dengan hiponatremia, hipokloremia, dan hipokalsemia yang paling banyak membutuhkan perawatan di ICU dan penggunaan ventilator, serta mortalitas (OR 10,33; 95% CI 1,62–65,62; p=0,01) dan perawatan di RS juga meningkat.


Kesimpulannya adalah pasien COVID-19 berisiko untuk mengalami ketidakseimbangan elektrolit dan adanya ketidakseimbangan elektrolit ini dapat digunakan untuk menentukan prognosis.


Image : Ilustrasi

Referensi:

1. Tezcan ME, Gokce GD, Sen N, Kaymak NZ, Ozer RS. Baseline electrolyte abnormalities would be related to poor prognosis in hospitalized coronavirus disease 2019 patients. New Microbes and New Infections. 2020;37:1.

2. Lippi G, South AM, Henry BM. Electrolyte imbalances in patients with severe coronavirus disease 2019 (COVID-19). Annals of Clinical Biochemistry        2020;57(3):262–5.


Share this article
Related Articles