Detail Article
Efek Protektif Tamoxifen terhadap Risiko Sindrom Koroner Akut pada Pasien Kanker Payudara
dr. Hastarita Lawrenti
Sep 17
Share this article
a269ff4715db11f18eae66215b263e93.jpg
Updated 17/Sep/2020 .

Lebih dari 60% dari semua pasien kanker payudara bersifat responsif terhadap hormon, sehingga terapi endokrin adjuvan dapat menurunkan rekurensi tumor secara bermakna. Pada pasien pasca-menopause dengan kanker payudara sensitif hormon, penggunaan penghambat aromatase lebih terpilih dibandingkan tamoxifen karena rendahnya kekambuhan dan kematian karena kanker payudara. Namun, terdapat concern mengenai kejadian kardiovaskuler sebagai penyebab kematian pada pasien kanker payudara yang bebas dari penyakit.

Beberapa meta-analisis menunjukkan kaitan potensial antara penggunaan penghambat aromatase dan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler. Uji klinik secara acak mengenai penghambat aromatase memiliki definisi heterogen dan melaporkan mengenai bentuk kejadian kardiovaskuler, serta mendokumentasikan kejadian serius pada jantung yang cukup rendah.


Untuk mengetahui efek potensial tamoxifen atau penghambat aromatase terhadap kejadian kardiovaskuler pada pasien kanker payudara lanjut usia, peneliti di Korea melakukan studi dengan menggunakan database informasi kesehatan nasional. Kriteria pasien yang dimasukkan adalah pasien dengan kanker payudara, tanpa riwayat sindrom koroner akut atau stroke, pasien telah menyelesaikan follow up setidaknya 5 tahun setelah terapi awal. Kejadian kardiovaskuler didefinisikan sebagai sindrom koroner akut, stroke iskemik, dan hemoragi.


Hasil dari studi ini adalah:

  • Terdapat sejumlah 47.569 pasien yang dimasukkan dalam analisis final.
  • Pasien diklasifikasikan menjadi tidak ada terapi hormonal (n= 18.807), pengalihan terapi (n= 2.097), tamoxifen (n= 7.081), dan penghambat aromatase (n= 19.584).
  • Terdapat sejumlah 2.147 kejadian kardiovaskuler pada 2.032 pasien (4,1%).
  • Risiko kejadian kardiovaskuler lebih rendah secara bermakna pada pasien yang mendapat tamoxifen dibandingkan tanpa terapi (HR 0,84; 95% CI 0,74-0,97), sedangkan sebaliknya dengan penghambat aromatase (HR 0,93; 95% CI 0,84-1,02).
  • Setelah menyesuaikan faktor risiko lain (hipertensi, dislipidemia, riwayat dalam keluarga), penggunaan tamoxifen dikaitkan dengan efek protektif yang bermakna terhadap sindrom koroner akut (HR 0,63; 95% CI 0,47-0,84) atau dikatakan menurunkan risiko sindrom koroner akut sebesar 36%.


Kesimpulan dari studi ini adalah tamoxifen menghasilkan efek protektif terhadap kejadian kardiovaskuler terutama sindrom koroner akut pada pasien Korea dengan kanker payudara yang berusia ≥ 55 tahun yang mana hal ini kurang terlihat dengan penghambat aromatase. (HLI)


Silakan baca juga: Tamofen, berisi Tamoxifen, bekerja berikatan dengan reseptor estrogen sehingga menghambat ikatan estrogen dengan reseptornya. 

Image : Ilustrasi

Referensi:

1. Choi SH, Kim KE, Park YJ, Ju YW, Jung JG, Lee ES, et al. Effects of tamoxifen and aromatase inhibitors on the risk of acute coronary syndrome in elderly breast cancer patients: An analysis of nationwide data. The Breast 2020;54:25-30.

2. Khosrow-Khavar F, Filion KB, Al-Qurashi S, Torabi N, Bouganim N, Suissa S, et al. Cardiotoxicity of aromatase inhibitors and tamoxifen in postmenopausal women with breast cancer: A systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Ann Oncol. 2017;28(3):487-96.


Share this article
Related Articles