Detail Article
Kenali Sjogren’s Syndrome: Penyakit Autoimun yang Sering Tidak Terdiagnosis
Dokter Kalbemed
Agt 10
Share this article
3808c2e1e0bf177b3aba757b822d37b1.jpeg
Updated 11/Agt/2020 .

Pada tanggal 6 Agustus 2020, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) menyelenggarakan edukasi kesehatan dalam bentuk webinar kepada media dengan tema: “Kenali Sjogren’s Syndrome: Penyakit Autoimun yang Sering Tidak Terdiagnosis”. Edukasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan informasi yang beredar di masrakat terkait penyakit autoimun/Sjogren’s Syndrome yang belum banyak dikenal serta mendukung para odamun/orang dengan autoimun untuk tetap semangat menjaga kesehatannya.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Dr. dr. Alvina Widhani, SpPD, K-AI, dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM/RSUI dan Dewan Pembina Yayasan Sjogren’s Syndrome Indonesia, dr. Suzy Maria, Sp.PD selaku moderator, dan Ir. Yennel S. Suzia, MSc, seorang penyintas Sjogren’s Syndrome. Tanggal 23 Juli diperingati sebagai World Sjogren’s day. Sjogren’s syndrome merupakan salah satu penyakit autoimun yang bersifat kronik dan sistemik. Penyakit autoimun merupakan suatu kondisi di mana terdapat gangguan fungsi kekebalan tubuh. Sjogren’s syndrome terutama menyerang kelenjar air liur, air mata, dan keringat. Selain itu, berbagai organ lain dapat terkena, seperti saraf, paru, ginjal, dan saluran cerna.


Penyakit yang mayoritas mengenai wanita berusia >40 tahun ini, dipengaruhi oleh faktor genetik dan pencetusnya, seperti lingkungan (infeksi virus, penggunaan bahan silikon, polusi, ketidakseimbangan mikrobiota), hormonal (kadar estrogen yang menurun, defisiensi vit D), dan stres. Gejalanya meliputi mata terasa kering/ gatal/ terbakar/ berpasir, nyeri sendi, mudah lelah, pegal-pegal, kulit kering, batuk kering, dan sebagainya. Gejalanya tidak khas dan sulit dikenali, sehingga tidak jarang diagnosis terlambat.

Secara umum, prosedur diagnostik adalah dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (tes Schirmer untuk menilai produksi air mata dan tes produksi saliva, pemeriksaan ANA, hingga biopsi air liur). Pengobatannya mulai dari perubahan pola hidup (stop rokok, kendalikan stres, minum cukup, aktivitas fisik), obat untuk mengatasi gejala, dan imunomodulator. Vitamin D merupakan salah satu terapi yang diberikan.


Vitamin D juga berperan pada terjadinya penyakit syorgen syndrome, dengan kadar vitamin D yang cukup, dapat mempengaruhi daya tahan tubuh. Vitamin D diperoleh dari sinar matahari, namun pada kondisi yang tidak boleh terpapar sinar matahari. maka diperlukan suplemen vitamin D. Dalam beberapa penelitian vitamin D memiliki peran dalam pencegahan penyakit autoimun dikarenakan pasien autoimun memiliki kadar vitamin D yang rendah.

“Kalbe memiliki produk vitamin D3 yang dapat membantu mempertahankan kesehatan, yaitu vitamin Prove D3-1000 IU dan Prove D3 Drops (sediaan tetes). Saat ini Prove D3-1000 IU sudah dapat diperoleh dengan resep dokter di rumah sakit, klinik, dan apotek dekat dengan harga terjangkau. Sedangkan Prove D3 Drops merupakan sediaan tetes pertama di Indonesia untuk vitamin D yang dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotek. Harapannya Prove D3 dapat menjadi bagian perjalanan keluarga Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan vitamin D,” ujar Tekla Rosa Oktivia selaku Product Manager PT Kalbe FarmaTbk.


Ibu Yennel selaku penyintas Sjogren’s Syndrome juga memberikan tips-tipsnya agar selalu hidup sehat, seperti hindari stres, karena stres berpengaruh ke daya tahan tubuh, menjalani hidup dengan iklhas, bersyukur, minum air putih cukup, serta kurangi kafein dan gula. “Sindrom ini tidak membuat saya putus asa dan tetap semangat menjalani kehidupan dengan motivasi dan kegiatan positif,” ujar ibu Yennel.


Silakan baca juga: Prove-D3 1000, mengandung Vitamin D3 (cholecalciferol) 1000 IU (25 mcg)

Share this article
Related Articles