Detail Article
Penggunaan Antihipertensi ACEIDdan ARB Tidak Berkaitan Dengan COVID-19 (Data Studi Populasi)
dr. Jane Cherub
Jun 11
Share this article
img-Obat-obatan1.jpg
Updated 01/Sep/2022 .

Peran angitensin converting enzyme inhibitors (ACEI) dan angiotensin II receptor blockers (ARB) pada latar pandemik coronavirus disease 2019 (COVID-19) sedang ramai diperdebatkan. Telah dikeluarkan beberapa rekomendasi untuk menghentikan penggunaan obat-obat ini, yang merupakan terapi esensial dalam penanganan sejumlah kondisi penyakit kronis berat; di sisi lain, di dalam ketiadaan bukti klinis, para perhimpunan profesional medis menyuarakan untuk tetap melanjutkan penggunaannya.

Hal ini telah dipelajari dalam beberapa studi dengan detail sebagai berikut:

1. Sebuah studi kohort retrospektif di Amerika Serikat, secara spesifik yang dilakukan melalui Cleveland Clinic Health System di Ohio dan Florida pada periode 8 Maret 2020 hingga 12 April 2020. Dalam studi ini diikutsertakan 18.472 pasien pemeriksaan (tes) COVID-19, dimana 2.285 pasien (12,4%) diantaranya menggunakan obat ACEI atau ARB. Hasil tes COVID-19 positif dijumpai pada 1.735 dari 18.472 pasien (9,4%). Diantara para pasien yang hasil tesnya positif, 421 (24,3%) dirawat inap di rumah sakit, 161 (9,3%) dirawat di ruang perawatan intensif, dan 111 (6,4%) memerlukan bantuan alat napas (ventilasi mekanik). Analisis overlap prospensity score weighting menunjukkan tidak ada asosiasi bermakna (signifikan) antara penggunaan ACEI dan/atau ARB dengan hasil tes COVID-19 positif.


2. Pada lebih dari 12.500 pasien yang diperiksa COVID-19 di Langone Health, New York City hingga tanggal 15 April 2020, sebanyak 46,8% diantaranya memiliki hasil tes COVID-19 positif dengan tidak ada kecenderungan terhadap penggunaan kelas obat tertentu dibandingkan yang hasil tesnya negatif. Tidak ditemukan pula asosiasi dengan keparahan penyakit dalam analisis Bayesian pada studi yang dilakukan oleh Reynolds H et al yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine.


3. Sebuah studi berbasis populasi di Italia pada 6.272 kasus positif tes COVID-19 di daerah Lombardy pada periode 21 Februari hingga 11 Maret 2020. Pada studi ini ditemukan 10% lebih banyak pada pengguna ACEI atau ARB yang setelah dilakukan analisis disebabkan prevalensi partisipan studi yang lebih banyak menderita penyakit jantung dan pembuluh darah (sebesar 28% lebih banyak daripada tanpa penyakit jantung dan pembuluh darah). Sementara untuk penyakit berat atau kondisi mematikan (fatal) COVID-19 tidak secara signifikan terkait dengan salah satu dari kedua golongan obat tersebut.


4. Sebuah studi yang dipublikasi NEJM yang melibatkan 8.910 pasien COVID-19 pada berbagai rumah sakit di Asia, Eropa, dan Amerika Utara, mencakup pasien yang meninggal di rumah sakit atau selamat dan dipulangkan dari rumah sakit. Studi ini mmenunjukkan angka kematian di rumah sakit akibat COVID-19 tidak berhubungan secara signifikan untuk pasien-pasien yang mendapat terapi ARB (6,2% dari keseluruhan pasien; OR= 1,23; 95% CI= 0,87-1,74). Sedangkan untuk pasien yang mendapat terapi ACEI (sebanyak 8,6% dari keseluruhan pasien) memiliki angka kematian yang lebih rendah (2,1%) dibandingkan pasien COVID-19 lainnya (6,1%) (OR= 0,33; 95% CI= 0,20-0,54). Analisis sekunder dari studi ini menunjukkan bahwa diantara para pasien yang menggunakan obat RAAS (ACEI dan ARB) untuk indikasi hipertensi tidak ditemukan bukti bahaya dari penggunaan obat-obatan tersebut.


Berdasarkan studi-studi yang ada saat ini, tidak ditemukan adanya hubungan antara penggunaan ACEI atau ARB dengan hasil tes positif COVID-19. Data-data klinis ini mendukung guidelines yang telah dikeluarkan sebelumnya di kalangan profesional medis untuk tidak menghentkan ACEI atau ARB pada latar pandemik COVID-19. 


Data uji klinis acak tetap diperlukan untuk menjawab pertanyaan definitif mengenai ada tidaknya bahaya penggunaan obat-obat RAAS pada pasien dengan COVID-19. Studi lanjutan dengan jumlah pasien rawat inap yang lebih besar yang mendapat terapi ACEI atau ARB diperlukan untuk menentukan asosiasinya dengan derajat keparahan klinis COVID-19.


Image: Ilustrasi (sumber: https://www.health.harvard.edu)

Referensi:

1. Mehta N, Kaira A, Nowacki AS, Anjewierden S, Han Z, Bhat P, et al. Association of Use of Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors and Angiotensin II Receptor Blockers With Testing Positive for Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). JAMA Cardiol. Published online May 5, 2020. doi:10.1001/jamacardio.2020.1855

2. Mancia G, Rea F, Lundergnani M, Apolone G, Corrao G. Renin–Angiotensin–Aldosterone System Blockers and the Risk of Covid-19. N Engl J Med 2020; DOI: 10.1056/NEJMoa2006923.

3. Mehra MR,Desai SS, Kuy SR, Henry TD, Patel AN. Cardiovascular Disease, Drug Therapy, and Mortality in Covid-19. N Engl J Med 2020; DOI: 10.1056/NEJMoa2007621.

4. Reynolds HR, Adhikari S, Pulgarin C, Troxel AB, Iturrate E, Johnson SB, et al. Renin–Angiotensin–Aldosterone System Inhibitors and Risk of Covid-19. N Engl J Med 2020; DOI: 10.1056/NEJMoa2008975.


 

Share this article
Related Articles