Detail Article
Waspada Campak, Ini Pencegahannya
dr. Dita Arccinirmala
Jan 23
Share this article
9a856e9f6c983319401cfabc8f1a413e.jpg
Updated 23/Jan/2023 .

Campak merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran napas (droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau melalui cairan hidung), yang disebabkan oleh virus campak. Secara umum, pencegahan penyakit campak meliputi perilaku hidup bersih dan sehat serta tidak kontak dengan penderita. Namun, pencegahan yang utama adalah imunisasi campak.

Penyakit campak sangat menular. Pada anak dan dewasa yang belum pernah mendapat imunisasi campak, atau yang belum pernah mengalami penyakit campak merupakan orang yang berisiko tinggi tertular penyakit campak. Gejala campak berupa demam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit yang biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal. Campak akan sangat berbahaya jika terjadi komplikasi. Dampaknya dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti diare, radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan, bahkan kematian. Pada tahun 2000, lebih dari ½ juta anak di dunia meninggal karena komplikasi penyakit campak.

 

Secara umum, pencegahan penyakit campak meliputi perilaku hidup bersih dan sehat serta tidak kontak dengan penderita. Namun, pencegahan yang utama adalah imunisasi campak, yaitu pemberian vaksin MR [kombinasi penyakit campak/ measles (M) dan rubella (R)] yang dapat mencegah penyakit campak dan rubella. Vaksin MR 95% efektif untuk mencegah penyakit campak dan rubella. Vaksin ini aman dan telah digunakan pada lebih dari 141 negara di dunia.

 

Imunisasi MR diberikan untuk semua anak mulai usia 9 bulan. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan, dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi adalah reaksi normal yang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian ikutan pasca-imunisasi yang serius sangat jarang terjadi. Imunisasi perlu dilakukan sesuai jadwalnya agar anak-anak terhindar dari campak.

 

Keadaan di Indonesia 2 tahun terakhir atau hampir 3 tahun sejak terdampak pandemi COVID-19 membuat implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi, salah satunya imunisasi campak. Di Indonesia sepanjang tahun 2022 sudah ada 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB) campak. Suatu daerah disebut KLB jika ada minimal 2 kasus campak di daerah tersebut yang sudah confirm secara laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi. Jumlah kasus didapat selama kurun waktu 1 tahun dari Januari sampai Desember 2022. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 ada peningkatan yang cukup signifikan kurang lebih 32 kali lipat. Penyebabnya karena sudah 2 tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin, sehingga banyak anak-anak yang tidak diimunisasi rutin akibat COVID-19.


Pemerintah menargetkan eliminasi campak rubella pada tahun 2023. Eliminasi adalah suatu keadaan di mana kita bisa menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak ini, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi.

Wabah campak juga terjadi di dunia, termasuk Amerika Serikat. Wabah campak dinyatakan ketika jumlah kasus yang dilaporkan di suatu daerah lebih tinggi daripada jumlah kasus yang diharapkan. Campak dapat masuk ke Amerika Serikat melalui pelancong yang terinfeksi yang memasuki atau melakukan perjalanan ke AS serta melalui pelancong AS yang terinfeksi yang kembali dari negara lain.

 

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bekerjasama dengan mitra dan Kementerian Kesehatan untuk mencegah, mendeteksi, dan menghentikan wabah campak secara global. CDC memberikan dukungan untuk:

-  Menemukan campak dengan cepat untuk menghentikan wabah

-  Menganalisis data dan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan

-  Merencanakan dan melaksanakan kampanye imunisasi tanggap KLB

-  Membantu menemukan dan memindahkan sumber daya ke tempat yang paling dibutuhkan

-  Melakukan analisis laboratorium

CDC berfokus pada negara-negara dengan wabah campak yang besar dan negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah, tingkat imunisasi yang rendah, atau kesenjangan cakupan yang membuat wabah lebih mungkin menyebar.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: onlyyouqj - www.freepik.com)

Referensi:

1. Kementerian Kesehatan. Waspada, campak jadi komplikasi sebabkan penyakit berat [Internet]. 2023 Jan 20 [cited 2023 Jan 23]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230120/1642247/waspada-campak-jadi-komplikasi-sebabkan-penyakit-berat/

2.   Kementerian Kesehatan. Pedoman kampanye imunisasi campak & rubella (MR) untuk guru dan kader.

3.   Centers for Disease Control and Prevention. Global measles outbreaks [Internet]. 2023 Jan 13 [cited 2023 Jan 23]. Available from: https://www.cdc.gov/globalhealth/measles/data/global-measles-outbreaks.html


Share this article
Related Articles
Apakah Japanese Encephalitis?
dr. Tya Listya | 18 Sep 2023
Pemberian Durasi Infus Meropenem yang Lebih Lama, Apakah Lebih Efektif?
dr. Johan Indra Lukito | 11 Agt 2023
Waspada Kasus HIV Meningkat di Indonesia
dr. Dita Arccinirmala | 19 Mei 2023
Penyakit Virus Marburg, Apa Gejala dan Pencegahannya?
dr. Dita Arccinirmala | 03 Apr 2023
Update Pedoman CDC untuk Pengobatan Infeksi Gonococcal (Gonore) Tahun 2020
dr. Johan Indra Lukito | 03 Okt 2022
Infeksi Serius pada Paruh Baya Berhubungan dengan Alzheimer dan Penyakit Parkinson Lebih Awal
dr. Kupiya | 23 Sep 2022
Lebih dari 50% Penyakit Menular Diperparah oleh Perubahan Iklim
dr. Kupiya | 13 Sep 2022
Manfaat Tecovirimat pada Monkeypox
dr Kupiya | 09 Agt 2022
Kombinasi Acetyl-L-Carnitine, ALA, dan CoQ10 Berpotensi Mencegah Hepatotoksisitas Disebabkan Obat Antituberkulosis.
dr. Lyon Clement | 08 Agt 2022
Seputar HFMD (Hand, Foot, and Mouth Disease)
dr. Johan Indra Lukita | 20 Jun 2022