Detail Article
Gambaran Keluhan Yang Dilaporkan Pasien dan Kepatuhan Jangka PanjangTerhadap Terapi Dalam IBIS-I
Hastarita Lawrenti
Mei 23
Share this article
img-Ampul1.jpg
Updated 03/Agt/2022 .

Terapi preventif merupakan satu pilihan wanita dengan peningkatan risiko kanker payudara akibat faktor risiko yang telah diketahui seperti riwayat kanker payudara dalam keluarga. Data partisipan dari 9 uji klinik menunjukkan adanya penurunan insidens kanker payudara setidaknya 30% di antara wanita yang menggunakan selective estrogen receptor modulator/SERM (misalnya tamoxifen). Data ini juga menunjukkan peningkatan risiko kejadian tromboemboli dan kanker endometrium pada wanita dengan terapi preventif, terutama tamoxifen.

Di antara uji klinik dengan terapi preventif yang melaporkan follow up 5 tahun, 5-year adherence berkisar dari 61-81%. Gejala menopause seperti hot flashes dan perdarahan ireguler sering dijumpai pada wanita yang mendapat SERM dan mungkin menurunkan kepatuhan. 

IBIS-I merupakan studi secara acak dengan kontrol yang meneliti mengenai efektivitas tamoxifen dalam menurunkan risiko kanker payudara di antara wanita dengan peningkatan risiko kanker payudara. Wanita secara acak mendapat tamoxifen 20 mg/hari atau plasebo selama 5 tahun. Studi ini menunjukkan bahwa efek perlindungan tamoxifen berlangsung setidaknya selama 20 tahun. 


Untuk menilai peran dari gejala yang dilaporkan partisipan terhadap kepatuhan jangka panjang pada terapi preventif dalam sampel United Kingdom dari the International Breast Cancer Intervention Study (IBIS-I), peneliti melakukan analisis. Peneliti memiliki hipotesis bahwa terdapat kaitan antara mual/muntah, sakit kepala, hot flashes, perdarahan ireguler, kekeringan vagina, dan vaginal discharge yang terpantau pada follow up 6 bulan dengan kepatuhan yang rendah terhadap terapi full course. Gejala yang disebutkan tersebut termasuk gejala yang didefinisikan. Kepatuhan (< 4,5 tahun atau ≥ 4,5 tahun) dihitung menggunakan data dari kunjungan klinik setiap 6 bulan. 


Dari sebanyak 3.823 subyek yang dianalisis, diperoleh gambaran:

  • Secara keseluruhan, sejumlah 69,7% dari wanita patuh terhadap terapi selama setidaknya 4,5 tahun.
  • Perbedaan dalam proporsi wanita yang patuh terhadap terapi antara kelompok terapi terpantau dari 12 bulan dan seterusnya (p < 0,01) dan perbedaan yang paling besar adalah pada 54 bulan. Angka dropout paling tinggi dalam 12-18 bulan pertama dan menurun setelahnya.
  • Wanita yang melaporkan mual/muntah kemungkinan kurang patuh terhadap tamoxifen (OR 0,57; 95% CI 0,37-0,86; p= 0,007) dan plasebo (OR 0,58; 95% CI 0,37-0,93; p= 0,023).
  • Sakit kepala dikaitkan dengan kepatuhan, hanya bermakna pada kelompok plasebo (OR 0,62; 95% CI 0,42-0,91; p= 0,016) sementara gejala ginekologi hanya bermakna pada kelompok tamoxifen (OR 0,77; 95% CI 0,62-0,97; p= 0,024). 
  • Pada pemeriksaan heterogenitas, besarnya pengaruh setiap gejala terhadap kepatuhan tidak berbeda bermakna antara kelompok terapi (p > 0,05).
  • Pada kedua kelompok terapi, terpantau kecenderungan kepatuhan lebih rendah dengan meningkatnya tingkat keparahan semua gejala (p < 0,01), kecuali sakit kepala (p= 0,054).


Kesimpulan dari analisis ini adalah kepatuhan jangka panjang menurun jika wanita mengalami gejala yang telah didefinisikan dalam 6 bulan pertama. Pengaruh gejala terhadap kepatuhan tidak berbeda bermakna antara kelompok terapi, wanita mungkin mengkaitkan gejala yang normalnya terjadi menjelang menopause dengan terapi. Intervensi diperlukan untuk tata laksana gejala.

 

Image: Ilustrasi

Referensi:

1. Smith SG, Sestak I, Howell A, Forbes J, Cuzick J. Participant-reported symptoms and their effect on long-term adherence in the International Breast Cancer Intervention Study I (IBIS I). J Clin Oncol. 2017 doi: 10.1200/JCO.2016.71.7439.

2. Nelson R. RCT: Menopause symptoms mistaken for tamoxifen side effects. Medscape [Internet]. 2017 Jul 6 [cited 2017 Jul 13]. Available from: www.medscape.com/viewarticle/882558

 

Share this article
Related Articles