Detail Article
Trastuzumab plus Docetaxel untuk Karsinoma Saluran Saliva HER2 Positif
dr. Hastarita Lawrenti
Des 13
Share this article
img-Nurse1.jpg
Updated 13/Jul/2022 .

Kanker pada kelenjar ludah dijumpai pada 3-6% dari semua kanker kepala leher pada orang dewasa dan meliputi berbagai patogenesis dan perilaku biologi berbeda secara histologi. Karsinoma saluran saliva merupakan keganasan epitelial derajat tinggi yang paling sering mempengaruhi kelenjar saliva terutama kelenjar parotis. Karsinoma saluran saliva termasuk tumor yang sangat jarang dijumpai, bersifat agresif, dan memiliki outcome buruk yang ditandai dengan stadium lanjut saat ditemukan, tingginya insidens rekurensi lokal dan regional, dan metastasis jauh.

Terapi yang diberikan untuk karsinoma saluran saliva adalah pembedahan dengan atau tanpa radiasi adjuvan. Namun, hasil terapi ini masih mengecewakan. Terapi sistemik ditambahkan pada radioterapi pada pasien dengan penyebaran pada kelenjar getah bening daerah leher, surgical margin positif, atau invasi perineural, dan lebih sering digunakan sebagai modalitas tunggal pada pasien metastasis jauh.


Secara histologi, karsinoma saluran saliva menyerupai karsinoma duktal payudara baik in situ atau invasif. Protein HER2 pada pemeriksaan imunohistokimia telah teridentifikasi pada 25-90% dari pasien karsinoma saluran saliva dan dikaitkan dengan prognosis buruk. Pemeriksaan imunohistokimia dapat menunjukkan 1-3+ tanpa adanya amplifikasi. Oleh karena itu, trastuzumab diberikan pada pasien karsinoma saluran saliva.


Bukti klinis mengenai efektivitas terapi sistemik untuk karsinoma saluran saliva masih terbatas karena penyakitnya sangat jarang dijumpai. Studi fase II, label terbuka, single-center, single-arm dilakukan di Jepang pada pasien dengan karsinoma saluran saliva lokal lanjut dan/atau rekuren atau metastatik HER2 positif, seperti yang telah dipublikasikan dalam Journal of Clinical Oncology 2018. Dalam studi tersebut, subyek mendapat trastuzumab dosis muat 8 mg/kg diikuti 6 mg/kg setiap 3 minggu dan docetaxel 70 mg/m2 setiap 3 minggu. Peneliti bermaksud menilai efikasi dan toksisitas terapi trastuzumab yang diberikan.


Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa overall response rate (ORR) sebesar 70,2%. Clinical benefit rate sebesar 84,2%. Median progression free survival (PFS) adalah 8,9 bulan. Median overall survival (OS) adalah 39,7 bulan. Efek samping yang sering dijumpai adalah anemia (91%), penurunan sel darah putih (89%), neutropenia (88%). Efek samping derajat 4 yang sering terpantau adalah neutropenia (60%). Demam neutropenia derajat 3 dilaporkan pada 14% dari pasien. Tidak dijumpai efek samping gagal jantung derajat ≥ 2 atau penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri sampai dengan kurang dari 50%.


Dari hasil studi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa trastuzumab plus docetaxel menunjukkan efikasi menjanjikan pada pasien karsinoma saluran saliva HER2 positif dengan toksisitas yang dapat diatasi.

 

Image: Ilustrasi

Referensi:

1. Takahashi H, Tada Y, Saotome T, Akazawa K, Ojiri H, Fushimi C, et al. Phase II trial of trastuzumab and docetaxel in patients with human epidermal growth factor receptor 2-positive salivary duct carcinoma. J Clin Oncol. 2018 doi: 10.1200/JCO.18.00545.

2. Limaye SA, Posner MR, Krane JF, Fonfria M, Lorch JH, Dillon DA, et al. Trastuzumab for the treatment of salivary duct carcinoma. The Oncologist 2013;18:294-300.

3. Perissinotti AJ, Pierce ML, Pace MB, El-Naggar A, Kies MS, Kupferman M. The role of trastuzumab in the management of salivary ductal carcinomas. Anticancer Res. 2013;33:2587-92.

Share this article
Related Articles